Warning: session_start(): open(/home/kabarterbaruid/public_html/src/var/sessions/sess_57edc0742d360bea606620a4a136ab26, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/kabarterbaruid/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/kabarterbaruid/public_html/src/var/sessions) in /home/kabarterbaruid/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Pengamat: Target Prabowo Ekonomi 8 Persen Sulit Tercapai - kabarterbaruid

Pengamat: Target Prabowo Ekonomi 8 Persen Sulit Tercapai

2 months ago 15
ARTICLE AD BOX

Jakarta – Target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang hendak dicapai pemerintahan Prabowo-Gibran dinilai terlalu ambisius’. Mengingat, selama era Presiden Jokowi saja ekonomi Indonesia cenderung stagnan di level 5 persen.

Teranyar, pada triwulan II-2024 saja, pertumbuhan ekonomi RI berada di level 5,05 persen. Di sisi lain,  Indonesia tengah dihadapkan pada deflasi 5 bulan beruntun, di mana sebesar 0,12 persen pada September 2024. 

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, target pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam kurun waktu 5 tahun masa pemerintahan Prabowo-Gibran dirasa sulit tercapai. 

“Target tersebut bukan mimpi siang bolong, namun merupakan sebuah kehaluan dari pikiran Presiden yang disusupi oleh data surga yang pada akhirnya menimbulkan delusi,” kata Huda, kepada Infobanknews, Senin, 21 Oktober 2024.

Diketahui, dalam sejarah Indonesia memang pernah lima kali mengalami pertumbuhan ekonomi 8 persen atau lebih. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu terjadi pada 1968 (10,92 persen), 1973 (8,10 persen), 1977 (8,76%), 1980 (9,88%), dan 1995 (8,22 persen).

Baca juga : Target Ekonomi 8 Persen ‘Dinyinyirin’, Prabowo: Tunggu Tanggal Mainnya!

“Sebelum reformasi, kita memang pernah mencapai 8 persen bahkan lebih, tetapi ketika itu memang terjadi oil bonanza atau bonanza minyak. Namun mentok, 7 persen, ketika terjadi low based effect oleh pandemic,” jelasnya.

Oil bonanza sendiri merujuk pada kondisi di mana minyak memberikan keuntungan yang besar, terjadi pada tahun 1974 dan 1979.

Pada 1974, kenaikan harga minyak mencapai 481 persen dari rata-rata pada tahun 1960-an dengan terdapat USD11.6 per barel atau 1.375 barel per hari. 

Adapun pada 1979 kenaikan harga minyak mencapai 286 persen dari rata-rata pada tahun 1970-an, dengan terdapat USD31.6 per barel atau 1,590 barel per hari.

“Ke depannya, kita tidak ada lagi low based effect, kondisi sudah normal. Jokowi juga sama menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen. Ekonomi kita tumbuh hanya 5 persen rata-rata. Itu saya sudah syukur bisa tumbuh 5 persen. Ini 8 persen, saya ragu Prabowo halusinasi menyebut angka tersebut,” bebernya.

Bahkan, pihaknya juga agak pesimis dengan susunan kabinet Prabowo-Gibran yang mampu membawa ekonomi Indonesia terbang tinggi di level 8 persen.

“Saya rasa sebagus apapun tim-nya, jika secara natural tidak mungkin dilakukan, saya rasa sangat berat. Menkeu Sri Mulyani sudah memimpin Kemenkeu sejak kapan tahun, namun pertumbuhan ekonomi tetap saja 5 persen. Bahkan beliau membuat asumsi pertumbuhan ekonomi di RAPBN 2025 sangat moderat,” terangnya.

Kendala Pertumbuhan Ekonomi

Huda menilai, pertumbuhan ekonomi RI yang stagnan di level 5 persen salah satunya disebabkan oleh sektor industri manufaktur yang tumbuh stunting. 

Di mana, pertumbuhan sektor manufaktur di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, dengan proporsi terus merosot dari 24 persen di periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menjadi hanya 18 persen di periode pemerintahan Jokowi.

“Jadi industri manufaktur tidak dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi lebih baik. Maka jika ingin tumbuh lebih tinggi dari 5 persen, kuncinya ada di industri manufaktur,” pungkasnya.

Baca juga : Sah! Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Resmi jadi Presiden dan Wakil Presiden RI 2024-2029

Industri manufaktur memang memegang peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hanya saja, kondisi industri manufaktur Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Pelbagai faktor menunjukkan pelemahan yang turut memberikan dampak buruk terhadap perusahaan maupun tenaga kerja.

Laporan S&P global menyebut, data Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Agustus 2024 mengalami kontraksi 48,9. Sebelumnya, PMI Manufaktur Indonesia terkontraksi sebesar 49,3.

S&P Global juga menjelaskan, manufaktur Indonesia terkontraksi lebih lanjut lantaran menurunnya output dan pesanan baru dengan tingkat lebih tajam. Sementara tercatat penurunan marginal pada jumlah tenaga kerja.

Optimisme 8 Persen

Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto optimistis dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen di tengah ‘nyiyiran’ banyak pihak.

“Jadi, saya memang sering diejek, Prabowo apa ini pertumbuhan 8 persen. Kita dinyinyir ya nggak apa-apa,” kata Prabowo saat menjadi pembicara di acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta Convention Center, Rabu 9 Oktober 2024.

Menurutnya, semua ejekan yang datang kepadanya tidak membuat patah semangat. Prabowo yang berlatar militer itu pun banyak belajar dari sang proklamator Bung Karno.

“Saya belajar dari Bung Karno, Proklamator. Beliau pernah mengatakan gantungkan-lah cita-citamu setinggi langit, kalau kau tidak sampai langit, kau jatuh di antara bintang-bintang,” jelasnya. 

Dirinya pun optimistis target pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai, bahkan bisa mencapai angka 9 persen. 

“Kalau 9 persen gimana? Tunggu tanggal mainnya,” pungkasnya.

Baca juga: Pelaku Pasar Sambut Positif Kabinet Prabowo, IHSG Menguat ke Level 7.782

Di berbagai kesempatan, Prabowo meyakini dapat meraih pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen pada usia 2-3 tahun pemerintahannya kelak.

Dalam meraih angka tersebut, pihaknya akan fokus pada ketersediaan bahan pangan buat masyarakat. Setelah itu, fokus kepada ketahanan dan swasembada energi. (*)

Editor: Yulian Saputra

The post Pengamat: Target Prabowo Ekonomi 8 Persen Sulit Tercapai appeared first on Infobanknews.

Read Entire Article